Kamis, 18 April 2013

Tugas Ujian Praktek Bahasa Indonesia


TRAGEDI NADRA
Penulis                 :  Isa Kamari
Penerjemah       :  Gita Romadhona
Penerbit              :  Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika)
Tahun Terbit      :  2006
Halaman              :  305 Halaman
Harga                    :  Rp. 15.000

                Novel ini terjemahan dari novel Atas Nama Cinta karya Isa Kamari. Novel ini berisi tentang kisah nyata, sebuah peristiwa sejarah, dimana merupakan tragedi antar bangsa yang mengatasnamakan bangsa dan agama, yang terjadi pada 11-13 Desember 1950 di Singapura dalam bentuk kerusuhan dahsyat. 18 orang terbunuh, 173 luka parah. Pemicunya adalah Nadra. Gadis 13 tahun yang diperebutkan hak asuhnya.
                Berawal dari seorang tokoh utama yang bernama Nadra, yang bernama asli Maria Hertogh, yang merupakan orang Belanda tulen. Awalnya sebelum nama Maria berganti nama, Maria adalah anak perempuan dari seorang berkebangsaan Belanda. Mereka tinggal di sebuah desa di Cimahi. Ibunya bernama Adeline Hunter, dia memiliki lima orang anak, dan suaminya, Adrianus Petrus Hertogh, adalah seorang sersan dalam pasukan Belanda dan telah ditangkap oleh pasukan Jepang. Semenjak ditinggal suaminya, Adeline tinggal bersama ibunya yang seorang mualaf. Pada saat itu kekuasaan berada di tangan Jepang, sehingga banyak sekali orang-orang Belanda atau dari negara lain yang ditangkap dan dijadikan budak oleh Jepang. Beruntung sekali Adeline tinggal di antara orang-orang yang menerima kehadiran mereka, salah satunya adalah tetangganya, Aminah, seorang melayu muslim. Adeline hidup di tengah-tengah keluarga muslim, karena ibunya seorang muslim dan tetangga-tetangganya juga muslim.
                Semakin lama Adeline sudah tidak mampu lagi menghidupi kelima anaknya. Dengan berat hati, Adeline terpaksa memberikan seorang anaknya kepada tetangganya yang bernama Aminah, dan anak itu adalah Maria. Adeline pun juga menyetujui jika Maria diasuh secara muslim oleh Aminah. Sejak hari itu kehidupan Maria berubah. Awalnya dia masih sering merindukan Adeline dan kakak-kakaknya, tetapi Aminah mengurusnya dengan penuh kasih sayang, Aminah juga mengajarkan kepercayaan  muslim kepada Maria dan mengganti nama Maria menjadi Nadra Ma’arof.
                Tumbuhlah Maria sebagai Nadra, gadis yang memiliki paras Eropa tetapi memiliki kebiasaan sebagai gadis melayu dan seorang muslim. Dia memiliki kehidupan yang bahagia dan tenang bersama Aminah. Ketika berumur 13 tahun, Nadra dinikahi oleh seorang pemuda melayu, Mansoor Adabi, kemudian datang ibunya Adeline, mencarinya dan ingin mengklaim hak asuh Nadra kembali. Aminah yang terlanjur sayang pada Nadra, merasa terancam karena Nadra akan diambil kembali oleh ibu kandungnya. Kebahagiaan Nadra dan Aminah menjadi kelam, Nadra dipaksa berpisah dengan Aminah, meninggalkan suaminya, bahkan melepaskan kepercayaan sebagai muslimah dan kembali menganut kepercayaan ibunya. Demi mempertahankan Nadra, sidang demi sidang pun dijalankan. Mulai sidang di Indonesia, hingga ke Singapura. Tragedi dua keluarga itupun menjadi tragedi bangsa yang membawa nama budaya dan bangsa.
                Akhirnya hak asuh Nadra jatuh ketangan ibu kandungnya dan dia menikah dengan pria lain di Belanda. Namun, walaupun dia sudah tinggal dengan ibu kandungnya dia masih tetap mengingat dan merindukan Aminah dan Mansoor.
                Pernikahan Maria dengan suaminya, Johan, dikaruniai sepuluh orang anak, namun pernikahan itu tidak berjalan harmonis. Maria merasa suaminya adalah penyebab utama dirinya tidak merasakan kebebasan dan kebahagiaan. Mereka sering bertengkar. Johan sering meninggalkan rumah dan tidak pulang berminggu-minggu. Maria yakin jika suaminya itu memiliki perempuan simpanan. Akhirnya Maria memutuskan untuk bercerai dengan suaminya.
                Atas nama cinta, mereka telah menuntut hak untuk memilikinya kembali. Atas nama cinta, mereka telah memisahkannya dari orang yang sangat dikasihinya. Atas nama cinta, mereka telah merampas kebahagiaan dan menghapus keyakinannya terhadap kehidupan. Atas nama cinta, mereka telah menyebabkan dia kehilangan dirinya sendiri.
                Atas nama cinta?
                Setetes air mata turun perlahan dari kelopak matanya yang sayu. Perlahan, dari kejauhan dia mendengar sayup-sayup suara memanggil namanya, “Putih.. putih..”, panggilan sayang dari Aminah.







       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar