TRAGEDI NADRA
Penulis : Isa Kamari
Penerjemah : Gita Romadhona
Penerbit : Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika)
Tahun Terbit : 2006
Halaman : 305 Halaman
Harga : Rp. 15.000
Novel ini
terjemahan dari novel Atas Nama Cinta karya Isa Kamari. Novel ini berisi
tentang kisah nyata, sebuah peristiwa sejarah, dimana merupakan tragedi antar
bangsa yang mengatasnamakan bangsa dan agama, yang terjadi pada 11-13 Desember 1950
di Singapura dalam bentuk kerusuhan dahsyat. 18 orang terbunuh, 173 luka parah.
Pemicunya adalah Nadra. Gadis 13 tahun yang diperebutkan hak asuhnya.
Berawal
dari seorang tokoh utama yang bernama Nadra, yang bernama asli Maria Hertogh,
yang merupakan orang Belanda tulen. Awalnya sebelum nama Maria berganti nama, Maria
adalah anak perempuan dari seorang berkebangsaan Belanda. Mereka tinggal di
sebuah desa di Cimahi. Ibunya bernama Adeline Hunter, dia memiliki lima orang
anak, dan suaminya, Adrianus Petrus Hertogh, adalah seorang sersan dalam
pasukan Belanda dan telah ditangkap oleh pasukan Jepang. Semenjak ditinggal
suaminya, Adeline tinggal bersama ibunya yang seorang mualaf. Pada saat itu
kekuasaan berada di tangan Jepang, sehingga banyak sekali orang-orang Belanda
atau dari negara lain yang ditangkap dan dijadikan budak oleh Jepang. Beruntung
sekali Adeline tinggal di antara orang-orang yang menerima kehadiran mereka,
salah satunya adalah tetangganya, Aminah, seorang melayu muslim. Adeline hidup
di tengah-tengah keluarga muslim, karena ibunya seorang muslim dan
tetangga-tetangganya juga muslim.
Semakin
lama Adeline sudah tidak mampu lagi menghidupi kelima anaknya. Dengan berat
hati, Adeline terpaksa memberikan seorang anaknya kepada tetangganya yang bernama
Aminah, dan anak itu adalah Maria. Adeline pun juga menyetujui jika Maria
diasuh secara muslim oleh Aminah. Sejak hari itu kehidupan Maria berubah. Awalnya
dia masih sering merindukan Adeline dan kakak-kakaknya, tetapi Aminah mengurusnya
dengan penuh kasih sayang, Aminah juga mengajarkan kepercayaan muslim kepada Maria dan mengganti nama Maria
menjadi Nadra Ma’arof.
Tumbuhlah
Maria sebagai Nadra, gadis yang memiliki paras Eropa tetapi memiliki kebiasaan
sebagai gadis melayu dan seorang muslim. Dia memiliki kehidupan yang bahagia
dan tenang bersama Aminah. Ketika berumur 13 tahun, Nadra dinikahi oleh seorang
pemuda melayu, Mansoor Adabi, kemudian datang ibunya Adeline, mencarinya dan
ingin mengklaim hak asuh Nadra kembali. Aminah yang terlanjur sayang pada
Nadra, merasa terancam karena Nadra akan diambil kembali oleh ibu kandungnya. Kebahagiaan
Nadra dan Aminah menjadi kelam, Nadra dipaksa berpisah dengan Aminah,
meninggalkan suaminya, bahkan melepaskan kepercayaan sebagai muslimah dan kembali
menganut kepercayaan ibunya. Demi mempertahankan Nadra, sidang demi sidang pun
dijalankan. Mulai sidang di Indonesia, hingga ke Singapura. Tragedi dua
keluarga itupun menjadi tragedi bangsa yang membawa nama budaya dan bangsa.
Akhirnya
hak asuh Nadra jatuh ketangan ibu kandungnya dan dia menikah dengan pria lain
di Belanda. Namun, walaupun dia sudah tinggal dengan ibu kandungnya dia masih
tetap mengingat dan merindukan Aminah dan Mansoor.
Pernikahan
Maria dengan suaminya, Johan, dikaruniai sepuluh orang anak, namun pernikahan
itu tidak berjalan harmonis. Maria merasa suaminya adalah penyebab utama
dirinya tidak merasakan kebebasan dan kebahagiaan. Mereka sering bertengkar. Johan
sering meninggalkan rumah dan tidak pulang berminggu-minggu. Maria yakin jika
suaminya itu memiliki perempuan simpanan. Akhirnya Maria memutuskan untuk
bercerai dengan suaminya.
Atas nama
cinta, mereka telah menuntut hak untuk memilikinya kembali. Atas nama cinta,
mereka telah memisahkannya dari orang yang sangat dikasihinya. Atas nama cinta,
mereka telah merampas kebahagiaan dan menghapus keyakinannya terhadap
kehidupan. Atas nama cinta, mereka telah menyebabkan dia kehilangan dirinya
sendiri.
Atas nama
cinta?
Setetes
air mata turun perlahan dari kelopak matanya yang sayu. Perlahan, dari kejauhan
dia mendengar sayup-sayup suara memanggil namanya, “Putih.. putih..”, panggilan
sayang dari Aminah.